Sebagai anak pertama, Portgas tentu memiliki beban mental tersendiri didalam hatinya. Mulai dari tanggung jawab, Hingga luka batin yang sulit disembuhkan. Tetapi justru itulah yang menjadi sumber semangatnya dalam bekerja sebagai seorang penjaga Pantai.
Sekaligus berusaha melakukan apapun dengan sebaik yang dia bisa. Meskipun seringkali para pengunjung dipantai menganggap remeh tindakannya. Tetapi Portgas memilih untuk tidak peduli dengan penilaian tersebut.
![]() |
Portgas Yang Sedang Berjalan Sendirian Di Pantai |
Karena baginya, Kerja kerasnya sebagai seorang pengaja Pantai Adalah wujud dari rasa syukurnya. Portgas sangat bersyukur masih bisa mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang. Karna pantai merupakan tempat favoritnya.
Ditambah lagi pekerjaannya sebagai seorang penjaga pantai juga membuat dia bisa bertemu dengan orang - orang baru disetiap harinya. Sesuatu kegiatan yang juga membuatnya senang karna dia menjadi tidak akan merasa bosan.
Jadi bisa dibilang, Portgas tetap masih bisa bahagia sebagai seorang penjaga Pantai. Meskipun sebagai anak pertama mentalnya sering kali merasa lelah. Espektasi yang tinggi membuat mental Portgas tertekan.
Tekanan Dan Masa Kecil Yang Kurang Bahagia
Masa kecil identic dengan bermain, Itulah yang akan diingat oleh kebanyakan orang. Tetapi bagi Portgas masa kecilnya identic dengan tekanan dan paksaan. Dimana saat masih kecil dia sering dipaksa untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia sukai.
Tetapi karna masih kecil dan belum mampu untuk melawan, Maka Portgas tidak memiliki pilihan selain menurut. Mau tidak mau dan suka tidak suka, Portgas harus menjalani itu dengan hati yang berat dan sakit.
![]() |
Cita - Cita Pun Harus Kandas Karna Tekanan |
Kondisi ini tentu membuat batin Portgas terluka, Dan yang bisa dia lakukan saat itu hanyalah pasrah sambil menahan rasa sakit tersebut. Sebenarnya Portgas terlahir dari keluarga yang biasa – biasa saja, Tidak kaya tetapi juga tidak miskin.
Memang agak aneh, kenapa keluarga seperti itu bisa membuat Portgas tertekan secara batin dan mental. Ternyata itu semua karna espektasi orang tuanya yang tinggi, dan memaksakan standart yang kejam untuk Portgas saat masih kecil.
Ambisi orang tuanya ternyata membunuh impiannya secara perlahan. Karna pada dasarnya ambisi orang tua Portgas sangat berbeda dengan apa yang dicita – citakannya. Dan tentu saja, Portgas tidak menyukai ambisi orang tuanya.
Kondisi inilah yang menciptakan beban mental hingga saat dewasa, Batinnya gampang sekali terasa Lelah. Selain itu Portgas juga jarang sekali dihargai oleh kedua orang tuanya ketika dia berhasil dalam melakukan sesuatu.
Semua keberhasilan Portgas dianggap tidak berarti dimata kedua orang tuanya. Hal itu karena keberhasilan yang sudah dicapai Portgas dengan susah payah itu tidak ada hubungannya dengan ambisi kedua orang tuanya.
![]() |
Portgas Lebih Menikmati Kesendirian |
Kejadian – kejadian seperti itu sering terjadi dan membuat Portgas sakit hati. Disitulah Portgas mulai memutuskan untuk menyimpan semua perasaannya didalam hati. Mulai dari perasaan senang, marah, sampai sedih.
Disinilah Portgas tumbuh menjadi anak yang pendiam, Karna dia lebih merasa nyaman untuk memendam perasaan apapun didalam hatinya. Memang terdengar kerjam, Tetapi itulah yang terjadi pada kehidupan masa kecil Portgas.
Dari sini jelas alasan kenapa Portgas lebih memilih untuk diam serta menyendiri saat luka batinnya sedang kambuh. Hal ini juga sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, Tidak didengar, Dikhianati, dan Diabaikan.
Anak Pertama Yang Selalu Mengalah
Sebagai anak pertama tentu saja Portgas diharuskan untuk dewasa, Setidaknya didepan adik – adiknya. Dia harus mengalah dan lebih mengerti beberapa hal, Walaupun dia sendiri belum mengerti maksud serta alasannya.
Pernah suatu kali Portgas melihat ada kue kesukaannya yang hanya tinggal sedikit. Tetapi karna adiknya juga menyukai kue tersebut, Maka Portgas diharuskan mengalah dan merelakan kue favoritnya dimakan oleh adiknya.
![]() |
Perlahan Portgas Pun Tumbuh Menjadi Orang Yang Pendiam |
Portgas sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus mengalah pada adiknya. Padahal Portgas lah yang lebih dulu mengklaim kue tersebut. Jadi seharusnya Portgas lebih berhak mendapatkan kue tersebut, bukan adiknya.
Tetapi karna Portgas Adalah anak pertama, Jadi dia harus mengalah. Hal – hal semacam itu sering kali terjadi pada masa kecil Portgas. Hingga dia pun merasa muak pada adiknya sendiri, Karna terlalu sering mengalah dan tidak dihargai.
Espektasi Tinggi Dan Penderitaan Batin
Selain diharuskan mengalah, Portgas yang saat itu masih kecil juga harus banyak belajar. Kedua orang tuanya menginginkan Portgas tumbuh menjadi orang yang pintar dimasa depan dengan gelar sarjana.
Keinginan itu tentu membutuhkan pengorbanan, Dan yang dikorbankan saat itu Adalah waktu bermain. Hal yang banyak dilakukan oleh anak kecil Adalah bermain, Tetapi Portgas lebih banyak menghabiskan waktunya dengan belajar.
Pernah suatu ketika, Portgas yang saat itu masih SD dipanggil oleh teman – temannya yang berada diluar rumah. Teman – temannya itu mengajaknya untuk bermain bersama – sama dengan Portgas.
Tetapi dengan tegas dan nada marah, Ibu Portgas melarang teman – teman portgas untuk mengajaknya bermain. Alasannya karna Portgas harus belajar, Padahal Portgas sudah belajar seharian dan butuh hiburan meskipun sedikit.
![]() |
Espektasi Tinggi Membuat Portgas Lelah Secara Batin Dan Mental |
Karna saat itu Portgas masih kecil, Maka dia terpaksa menurut meskipun dengan batin dan hati yang sedih. Tidak sampai disitu, Kesedihan Portgas pun bertambah karna ternyata teman – temannya justru bermain tepat didepan rumahnya.
Suara tawa yang menyenangkan dari teman – temannya yang sedang bermain itu terdengar jelas dikupingnya. Sementara Portgas yang dilarang untuk bermain, Hanya bisa memandangi buku Pelajaran dengan hati yang hancur.
Peristiwa seperti ini seringkali terjadi saat Portgas masih SD, Dan orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan perasaan Portgas. Bagi orang tuanya, gelar sarjana merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar