Senin, 08 September 2025

Portgas Core : Tetap Semangat Dan Kerja Keras, Walaupun Tanpa Tujuan

Suatu hari yang tenang dipinggir Pantai yang indah, Seorang penjaga Pantai Bernama Portgas sedang melayani pengunjung dengan ramah. Karna memang salah satu tugasnya sebagai seorang penjaga Pantai Adalah melayani pengunjung.

Seperti memberikan arahan untuk tidak membuang sampah sembarangan, Memastikan keamanan para pengunjung yang sedang bermain, bersantai sekaligus berenang. Bahkan tidak jarang Portgas mengobrol dengan mereka.

Portgas Sedang Pull Up Di Taman

Ditengah obrolan itu, Ada satu pertanyaan yang membuat Portgas tersadar akan masa depannya. Dan itu Adalah “Apa yang menjadi tujuan hidupnya ?”. Pertanyaan simpel ini ternyata cukup membuat Portgas berfikir sejenak.

Dia pun mulai berfikir tentang tujuan hidupnya, Apakah dia akan terus menjadi seorang penjaga Pantai hingga tua seperti beberapa rekan – rekannya ? Atau dia harus berhenti dan beralih profesi lain ?

Kerja Keras Tanpa Tujuan Yang Jelas ?

Banyak orang diluar sana yang selalu bekerja keras, bahkan sangat keras untuk mencapai tujuan yang dia cita – citakan. Keinginan untuk mewujudkan cita – cita itulah yang membuat seseorang selalu bersemangat dan termotivasi.

Tentu saja tujuan dan cita – cita itu muncul dari ketertarikan seseorang pada hal tersebut. Dan itulah yang membuat seorang individu bersedia untuk bertarung serta bekerja keras untuk mewujudkan tujuannya itu.

Walaupun sebenarnya dia tidak dibayar untuk kerja kerasnya. Hanya rasa Lelah yang orang itu dapatkan, Tetapi itu bukanlah sebuah masalah. Karna rasa Lelah setelah bekerja keras itu tidak akan dirasakan lagi.

Minisoccer Adalah Salah Satu Kegiatan Favorit Portgas

Karna rasa Lelah itu bisa dengan mudah hilang ditelan kobaran api semangat yang membara dan berkobar – kobar didalam dada orang tersebut. Api semangat itu terus menyalah – nyala didalam hatinya hingga tujuan itu benar – benar tercapai.

Jadi bisa dibilang, Manusia akan bersedia untuk melakukan sesuatu lebih dari yang lainnya karena dia menyukai sesuatu hal tersebut. Atau bisa jadi dia memang terpaksa dan tidak memiliki pilihan lain selain melakukan hal tersebut.

Tetapi anehnya hal itu seperti tidak berlaku bagi Portgas. Boleh dibilang, Portgas memang berbeda dari kebanyakan orang. Dia bahkan selalu bekerja keras walaupun tidak memiliki tujuan yang jelas ketika melakukan hal tersebut.

Portgas Tetap Bersyukur Dengan Pekerjaannya

Pekerjaannya sebagai seorang penjaga Pantai memang bukanlah impiannya sejak kecil. Dan itu pernah dibahas pada artikel – artikel sebelumnya. Walaupun seringkali dia mengalami konflik dengan pikirannya sendiri.

Dia tetap bersyukur karna masih bisa bekerja sebagai seorang penjaga Pantai. Dimana Pantai merupakan tempat yang dia sukai. Sekaligus membuatnya bisa sering bertemu dengan orang – orang baru disetiap harinya.

Portgas Yang Selalu Semangat Melakukan Tugas Dan Pekerjaannya

Kedua alasan itulah yang membuat Portgas tetap semangat menjalani hari – harinya. Dia tetap bekerja keras serta melakukan tugasnya sebagai seorang penjaga Pantai dengan sebaik yang dia bisa lakukan.

Ditambah lagi pekerjaannya sebagai penjaga Pantai juga tidak mengganggu kegiatan olahraga yang juga menjadi kegiatan favoritnya. Bahkan terkadang bila Pantai sedang sepi pengunjung, Dia melakukan Workout dipantai.

Luka Batin Yang Sulit Untuk Dikalahkan

Bisa dibilang, hal yang mengganggu pekerjaannya sebagai penjaga Pantai Adalah pikirannya sendiri. Kegagalan serta pengalaman masa kecil yang tidak mengenakan itu selalu menghantuinya setiap saat.

Portgas pun tenggelam didalam luka batinnya yang sulit dia sembuhkan. Hal itu membuat emosi dan moodnya terganggu. Dan bila perasaan luka batinnya itu sedang muncul didalam pikirannya, Portgas akan menjauh dari rekan – rekannya.

Dia lebih memilih untuk menyendiri disuatu tempat dipinggiran Pantai, Sambil duduk terdiam memandangi laut dan hembusan angin. Kebiasaan ini biasa dilakukan Portgas selama beberapa hari kedepan.

Portgas Yang Terkadang Suka Menyendiri

Tetapi uniknya, Portgas tetap melayani para pengunjung dipantai seperti biasanya. Walaupun luka batinnya sedang kambuh. Memang pertanyaan terbesar bagi Portgas bukanlah tujuan, Tetapi “Bagaimana Cara Menyembuhkan Luka Batinnya ?

Karna faktanya, Luka batin itu sudah dipendam lama oleh Portgas di dalam hatinya. Hingga pada akhirnya batinnya merasa Lelah. Dan ketika mencoba untuk berdamai sekaligus menyembuhkan luka tersebut, Tingkahnya menjadi aneh.

Seperti menjadi pendiam tiba – tiba lalu menyendiri selama beberapa hari. Hanya waktu yang bisa menjawab “Apakah Portgas Berhasil Sembuh? Atau Tidak”. Dan sambil menunggu jawaban tersebut, Portgas tetap menjalankan tugasnya sebagai penjaga Pantai.

Kamis, 04 September 2025

Masa Kecil Portgas Yang Penuh Dengan Tekanan Batin

Sebagai anak pertama, Portgas tentu memiliki beban mental tersendiri didalam hatinya. Mulai dari tanggung jawab, Hingga luka batin yang sulit disembuhkan. Tetapi justru itulah yang menjadi sumber semangatnya dalam bekerja sebagai seorang penjaga Pantai.

Sekaligus berusaha melakukan apapun dengan sebaik yang dia bisa. Meskipun seringkali para pengunjung dipantai menganggap remeh tindakannya. Tetapi Portgas memilih untuk tidak peduli dengan penilaian tersebut.

Portgas Yang Sedang Berjalan Sendirian Di Pantai

Karena baginya, Kerja kerasnya sebagai seorang pengaja Pantai Adalah wujud dari rasa syukurnya. Portgas sangat bersyukur masih bisa mendapatkan pekerjaan dan menghasilkan uang. Karna pantai merupakan tempat favoritnya.

Ditambah lagi pekerjaannya sebagai seorang penjaga pantai juga membuat dia bisa bertemu dengan orang - orang baru disetiap harinya. Sesuatu kegiatan yang juga membuatnya senang karna dia menjadi tidak akan merasa bosan.

Jadi bisa dibilang, Portgas tetap masih bisa bahagia sebagai seorang penjaga Pantai. Meskipun sebagai anak pertama mentalnya sering kali merasa lelah. Espektasi yang tinggi membuat mental Portgas tertekan.

Tekanan Dan Masa Kecil Yang Kurang Bahagia

Masa kecil identic dengan bermain, Itulah yang akan diingat oleh kebanyakan orang. Tetapi bagi Portgas masa kecilnya identic dengan tekanan dan paksaan. Dimana saat masih kecil dia sering dipaksa untuk melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak dia sukai.

Tetapi karna masih kecil dan belum mampu untuk melawan, Maka Portgas tidak memiliki pilihan selain menurut. Mau tidak mau dan suka tidak suka, Portgas harus menjalani itu dengan hati yang berat dan sakit.

Cita - Cita Pun Harus Kandas Karna Tekanan

Kondisi ini tentu membuat batin Portgas terluka, Dan yang bisa dia lakukan saat itu hanyalah pasrah sambil menahan rasa sakit tersebut. Sebenarnya Portgas terlahir dari keluarga yang biasa – biasa saja, Tidak kaya tetapi juga tidak miskin.

Memang agak aneh, kenapa keluarga seperti itu bisa membuat Portgas tertekan secara batin dan mental. Ternyata itu semua karna espektasi orang tuanya yang tinggi, dan memaksakan standart yang kejam untuk Portgas saat masih kecil.

Ambisi orang tuanya ternyata membunuh impiannya secara perlahan. Karna pada dasarnya ambisi orang tua Portgas sangat berbeda dengan apa yang dicita – citakannya. Dan tentu saja, Portgas tidak menyukai ambisi orang tuanya.

Kondisi inilah yang menciptakan beban mental hingga saat dewasa, Batinnya gampang sekali terasa Lelah. Selain itu Portgas juga jarang sekali dihargai oleh kedua orang tuanya ketika dia berhasil dalam melakukan sesuatu.

Semua keberhasilan Portgas dianggap tidak berarti dimata kedua orang tuanya. Hal itu karena keberhasilan yang sudah dicapai Portgas dengan susah payah itu tidak ada hubungannya dengan ambisi kedua orang tuanya.

Portgas Lebih Menikmati Kesendirian

Kejadian – kejadian seperti itu sering terjadi dan membuat Portgas sakit hati. Disitulah Portgas mulai memutuskan untuk menyimpan semua perasaannya didalam hati. Mulai dari perasaan senang, marah, sampai sedih.

Disinilah Portgas tumbuh menjadi anak yang pendiam, Karna dia lebih merasa nyaman untuk memendam perasaan apapun didalam hatinya. Memang terdengar kerjam, Tetapi itulah yang terjadi pada kehidupan masa kecil Portgas.

Dari sini jelas alasan kenapa Portgas lebih memilih untuk diam serta menyendiri saat luka batinnya sedang kambuh. Hal ini juga sudah dijelaskan pada artikel sebelumnya, Tidak didengar, Dikhianati, dan Diabaikan

Anak Pertama Yang Selalu Mengalah

Sebagai anak pertama tentu saja Portgas diharuskan untuk dewasa, Setidaknya didepan adik – adiknya. Dia harus mengalah dan lebih mengerti beberapa hal, Walaupun dia sendiri belum mengerti maksud serta alasannya.

Pernah suatu kali Portgas melihat ada kue kesukaannya yang hanya tinggal sedikit. Tetapi karna adiknya juga menyukai kue tersebut, Maka Portgas diharuskan mengalah dan merelakan kue favoritnya dimakan oleh adiknya.

Perlahan Portgas Pun Tumbuh Menjadi Orang Yang Pendiam

Portgas sama sekali tidak mengerti kenapa dia harus mengalah pada adiknya. Padahal Portgas lah yang lebih dulu mengklaim kue tersebut. Jadi seharusnya Portgas lebih berhak mendapatkan kue tersebut, bukan adiknya.

Tetapi karna Portgas Adalah anak pertama, Jadi dia harus mengalah. Hal – hal semacam itu sering kali terjadi pada masa kecil Portgas. Hingga dia pun merasa muak pada adiknya sendiri, Karna terlalu sering mengalah dan tidak dihargai.

Espektasi Tinggi Dan Penderitaan Batin

Selain diharuskan mengalah, Portgas yang saat itu masih kecil juga harus banyak belajar. Kedua orang tuanya menginginkan Portgas tumbuh menjadi orang yang pintar dimasa depan dengan gelar sarjana.

Keinginan itu tentu membutuhkan pengorbanan, Dan yang dikorbankan saat itu Adalah waktu bermain. Hal yang banyak dilakukan oleh anak kecil Adalah bermain, Tetapi Portgas lebih banyak menghabiskan waktunya dengan belajar.

Pernah suatu ketika, Portgas yang saat itu masih SD dipanggil oleh teman – temannya yang berada diluar rumah. Teman – temannya itu mengajaknya untuk bermain bersama – sama dengan Portgas.

Tetapi dengan tegas dan nada marah, Ibu Portgas melarang teman – teman portgas untuk mengajaknya bermain. Alasannya karna Portgas harus belajar, Padahal Portgas sudah belajar seharian dan butuh hiburan meskipun sedikit.

Espektasi Tinggi Membuat Portgas Lelah Secara Batin Dan Mental

Karna saat itu Portgas masih kecil, Maka dia terpaksa menurut meskipun dengan batin dan hati yang sedih. Tidak sampai disitu, Kesedihan Portgas pun bertambah karna ternyata teman – temannya justru bermain tepat didepan rumahnya.

Suara tawa yang menyenangkan dari teman – temannya yang sedang bermain itu terdengar jelas dikupingnya. Sementara Portgas yang dilarang untuk bermain, Hanya bisa memandangi buku Pelajaran dengan hati yang hancur.  

Peristiwa seperti ini seringkali terjadi saat Portgas masih SD, Dan orang tuanya sama sekali tidak peduli dengan perasaan Portgas. Bagi orang tuanya, gelar sarjana merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan.

Selasa, 02 September 2025

Portgas Mulai Bersikap Apa Adanya

Seperti yang sudah dibahas pada artikel sebelumnya, Dimana Portgas mengalami perubahan sikap menurut rekan – rekannya. Karna memang sebagai seorang penjaga Pantai, Portgas merupakan orang yang periang.

Dia sangatlah bahagia dan menikmati kehidupannya sebagai seorang penjaga Pantai. Meski uang yang dia dapatkan tidak banyak, Tetapi itu cukup membuatnya tersenyum. Seolah tidak memiliki beban dikehidupannya.

Padahal faktanya, Portgas memiliki beban hidup dan moral yang cukup menganggu pikirannya saat sedang bekerja. Hal itu juga berpengaruh pada interaksinya dengan rekan – rekan kerjanya yang lain, Hingga seringkali mudah marah pada hal – hal kecil.

Portgas Yang Lebih Senang Menyendiri

Memang masa kecil Portgas yang kurang menyenangkan membuatnya memiliki luka yang cukup dalam di hatinya. Dan banyak orang menyebut luka tersebut sebagai Luka Batin. Itulah yang membuat Portgas lebih memilih untuk menjadi pendiam dan menyendiri.

Hal itu dilakukan Portgas karna dia tidak mau menumpahkan emosinya pada orang lain. Jadi dia lebih memendam semua emosi itu didalam hatinya sendiri. Lalu saat Pantai sedang sepi dari pengunujung, Dia berkali – kali berteriak sekuat tenaga. 

Dia benar – benar meluapkan semua amarahnya saat sedang berteriak. Setelah puas berteriak, Dia pun berjalan pelan sendirian sambil menatap birunya lautan. Lalu portgas pun menceburkan diri kelaut untuk menyegarkan badannya.

Portgas Yang Sudah Tidak Mau Mengabaikan Perasaannya

Luka batin portgas memang sudah dipendam didalam hatinya selama bertahun – tahun. Saat itu dia lebih memilih untuk memendam perasaannya, Dibandingkan meluapkannya. Bila ada ingatan yang buruk muncul dipikirannya, Maka dia akan mengabaikannya.

Sampai pada suatu titik Dimana Portgas sudah tidak lagi sanggup menahan rasa sakit dari luka batin tersebut. Tentu Portgas tidak menyerah, Dan terus berusaha menceri cara untuk menyembuhkan luka batinnya itu.

Portgas Yang Lebih Senang Hidup Damai

Disinilah Portgas mulai sering berperang dengan pikirannya sendiri. Dan itu membuatnya menjadi sering bengong dan menyendiri. Seolah Portgas sedang menghindari interaksi dengan rekan – rekan serta para pengunjung dipantai.

Hal ini dilakukan Portgas karna dia tidak mau menganggu orang – orang yang ada disekelilingnya. Karna saat sedang melamun, Portgas sering kali mengeluarkan satu kata yang membuat rekan – rekannya bingung.

Lalu bila rekan – rekannya bertanya, Dia selalu menjawab tidak ada masalah. Jadi dari pada membuat rekan – rekannya bingung, Portgas lebih memilih untuk menyendiri agar bertarung dengan bebas dengan pikirannya sendiri.

Tidak Akan Melakukan Apapun Yang Tidak Berkenan Dihati

Dimasa lalunya, Portgas sering dipaksa melakukan banyak hal yang sebenarnya tidak ingin dia lakukan. Belum lagi kurangnya perhatian dari orang tua yang membuat goresan luka batinnya semakin dalam.

Dahulu Portgas memang orang yang tidak enakan dengan teman – temannya. Tetapi perasaan tidak enakan itu justru dimanfaatkan oleh teman – temannya. Dan tentu saja merugikannya, Tetapi Portgas lebih memilih untuk sabar.

Portgas Yang Memilih Fokus Dengan Tujuannya

Seperti saat masih SMA, Portgas yang berangkat ke sekolah menggunakan motor pun dimintakan tolong untuk menjemput temannya. Sebenarnya Portgas tidak ingin melakukannya, Tetapi karna perasaan tidak enak itulah yang membuat Portgas melakukannya.

Lalu seiring berjalannya waktu, hal – hal semacam itu terus berlangsung. Hingga Portgas memutuskan untuk berhenti melakukannya. Dan itu membuat teman – temannya kecewa, lalu menjauhinya sekaligus memusuhinya.

Tentu saja Portgas sudah tidak peduli lagi dengan hal itu, Bahkan Portgas lebih memilih untuk tidak memiliki teman seperti itu lagi didalam hidupnya. Portgas sudah tidak ingin hidupnya direpotkan dengan drama – drama tersebut.

Suasana Pantai Yang Tenang

Jadi luka batin yang dirasakan Portgas membuat dirinya tidak mau lagi melakukan apa yang tidak dia inginkan. Apalagi tujuannya hanya untuk menyenangkan orang lain, Atau karna perasaan tidak enak.

Bisa dibilang, Saat ini Portgas lebih memilih untuk menjadi seorang individu yang apa adanya. Tanpa ada kepalsuan atau perasaan terpaksa dalam hal apapun. Selama sikapnya tidak merugikan orang lain, Maka Portgas akan melakukannya.